Desember 3, 2024

Hari Kesaktian Pancasila 1 Oktober dan latar belakang sejarah



Jakarta (ANTARA) – Hari Kesaktian Pancasila adalah hari nasional yang diperingati setiap tanggal 1 Oktober sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 153 Tahun 1967. Peringatan ini untuk mengenang tujuh pahlawan revolusi yang tewas dalam peristiwa G30S/PKI atau Gerakan 30 September yang terjadi pada tahun 1965.

Peringatan Kesaktian Pancasila bukan hanya sekadar mengenang tujuh jenderal yang tewas dalam tragedi itu, tetapi juga sebagai momen refleksi untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Peringatan Hari Kesakitan Pancasila mengingatkan kita akan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Nilai-nilai Pancasila, seperti kemanusiaan, keadilan sosial, dan persatuan, harus senantiasa dijunjung tinggi untuk mencegah terulang nya tragedi serupa.

Dengan memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, serta mengenang tragedi G30S PKI yang melatarbelakangi hari Kesaktian Pancasila, kita dapat memperkuat identitas nasional dan memperkuat persatuan Indonesia.

Peristiwa G30S PKI

Peristiwa G30S PKI terjadi pada malam 30 September hingga 1 Oktober 1965, ketika sekelompok orang yang mengklaim diri sebagai Gerakan 30 September (G30S) menculik dan membunuh tujuh jenderal Angkatan Darat, yakni:

  1. Jenderal Ahmad Yani
  2. Mayor Jenderal Raden Suprapto
  3. Mayor Jenderal Mas Tirtodarmo Haryono
  4. ​​​​​​​Mayor Jenderal Siswondo Parman
  5. ​​​​​​​Brigadir Jenderal Donald Isaac Panjaitan
  6. ​​​​​​​Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo
  7. ​​​​​​​Lettu Pierre Andreas Tendean.

​​​​​​​​​​​​​​Baca juga: Puan: Pancasila menjadi bintang penuntun pemersatu rakyat

​​​​​​​
Mereka tewas dalam penculikan dan pembantaian, dalam upaya kudeta yang dilakukan oleh PKI. Kelompok ini berupaya untuk menggulingkan pemerintahan yang sah dan mengganti dengan sistem komunis.

Jasad para pahlawan dimasukkan ke dalam sumur dimasukkan ke sebuah sumur tua di yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya. Peristiwa ini menimbulkan kekacauan dan ketakutan di seluruh Indonesia, yang berujung pada penangkapan massal dan pembunuhan terhadap orang-orang yang dicurigai terlibat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Seluruh rangkaian pemberontakan terjadi dalam waktu satu malam, dari 30 September hingga 1 Oktober 1965. Setelah mengetahui tindakan tersebut, TNI segera melakukan pengejaran terhadap PKI di bawah komando Mayor Jenderal Soeharto.

Namun, jenazah para pahlawan baru ditemukan pada 4 Oktober 1965. Setelah itu, jenazah diangkat, dan Presiden Soekarno memimpin upacara pemakaman di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Presiden Soekarno juga menganugerahkan gelar Pahlawan Revolusi kepada para korban G30S PKI. Di masa Orde Baru, ada ritual pengibaran bendera untuk memperingati peristiwa G30S dan Hari Kesaktian Pancasila.

Pada 30 September, bendera dikibarkan setengah tiang, dan pada 1 Oktober, bendera dikibarkan sepenuhnya. Pengibaran bendera selama dua hari ini dapat diartikan bahwa bendera setengah tiang pada 30 September merupakan simbol duka nasional atas terbunuhnya sejumlah perwira Angkatan Darat.

Sementara itu, pengibaran bendera penuh keesokan harinya melambangkan kemenangan karena “Kesaktian Pancasila” yang berhasil menghadapi ancaman ideologi komunis.

Setelah rangkaian peristiwa tersebut terjadi, maka lahirlah peringatan Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 01 Oktober.

Baca juga: Khofifah ajak seluruh elemen bangsa terus membumikan Pancasila

Baca juga: Wakil Ketua MPR: Perkokoh pemahaman Pancasila untuk perkuat persatuan

 

Pewarta: Sean Anggiatheda Sitorus
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024



Source link

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini
Tutup